Popular Post

Posts

Posted by : YAHYA Tuesday 7 March 2017

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personal administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual. Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak  yang bersifat massal ini, kemudian digugat.
Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandanganpsikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa,– yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak–, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik  untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Mutasi Peserta Didik
  • Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi yaitu perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas yang lain yang sejajar atau perpindahan peserta didi dari sekolah satu ke sekolah yang lain yang sejenis.Perpindahan siswa bisa juga disebut istilah mutasi siswa. Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian yaitu:
  • Perpindahan siswa dari suatu sekolah kesekolah lain yang sejenis.
  • Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program yang lain. Perpindahan siswa dari suatu sekolah kesekolah lain yang sejenis telah dibicarakan pada waktu pembahasan siswa baru. Perpindahan ini ialah perpindahan wilayah atau suatu tempat. Jenis sekolah, tingkat/kelas dan jurusan atau program studi disekolah baru sama dengan jenis sekolah, kelas, dan jurusan pada sekolah asalnya. Perpindahan siswa yang ke dua adalah perpindahan jenis program.
  1. Macam – Macam Mutasi
Mutasi dalam dunia pendidikan ada beberapa macam, berikut macam – macam mutasi menurut Imron (2012:153), yaitu:
  • Mutasi Intern.
Mutasi intern adalah mutasi yang di lakukan oleh peserta didik dalam data sekolah. Biasanya mereka hanya pindah kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini dilakukan oleh peserta didik yang sama ataupun berbeda jurusan.
  • Mutasi ekstern.
Mutasi ekstern yaitu perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan satu tingkatan. Meskipun ada peserta didik yang pindah ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berbeda. Menurut Syafitri (2013) mengenai perpindahan siswa dari sekolah kesekolah lain ini biasanya ada pedoman-pedomanperaturan yang harus diikuti pedoman-pedoman tersebut antara lain menyangkut :
  • Pembatasan wilayah Murid tidak diperkenankan pindah dari sekolah kesekolah lain dalam satu wilayah. Perpindahan antar wilayah bisa dibenarkan apabila didasarkan pada alasan yang cukup mendasar misalnya orang tua pindah tempat kerja dan anak ikut saudaranya dikota lain.
  • Status sekolah murid dari sekolah swasta walaupun memiliki mutu yang lebih baik dari pada sekolah negeri, tidak diperkenankan untuk pindah kesekolah negeri. Sekolah-sekolah negeri hanya diperkenankan siswa pindahan dari sekolah negeri saja.
  •  Jenis Sekolah negeri atau sekolah menengah dapat dibedakan dalam dua jenis sekolah, yaitu sekolah-sekolah umum dan sekolah-sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan ada beberapa jenis pula, misalnya Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), dll. Perpindahan siswa dari lain jenis sekolah tidak diperbolehkan.
  • Pindah sekolah tidak naik kelas suatu sekolah tidak boleh menaikkan kelas seorang siswa yang telah dinyatakan tidak naik kelas oleh sekolah lain, walaupun sama-sama sebagai sekolah negeri. Menaikan kelas seorang murid yang telah dinyatakan tidak naik kelas oleh suatu sekolah mungkin saja terjadi di sekolah-sekolah swasta. Misalnya tidak naik kelas disekolah negeri kemudian pindah di sekolah swasta sejenis dengan dinaikan kelasnya.
Selain itu syarat peserta didik mutasi menurut Wardani (2014), yaitu:
  • Siswa tidak memiliki masalah dengan pihak sekolah.
  • Mempunyai nilai yang memuaskan atau dinyatakan naik kelas.
  • Apabila nilainya jelek, maka siswa tersebut tetap bersekolah ditempat yang lama.
  • Perpindahan siswa harus mendapat persetujuan tertulis dari institusi pengirim.
  1. Sebab Peserta Didik Mutasi
Ada banyak sebab peserta didik melakukan mutasi, baik yang bersumber dari diri sendiri, dari keluarga, dari teman sebaya, serta dari faktor yang lain semuanya berpengaruh terhadap mutasi mereka.  Berikut dijelaskan sebab mutasi yang berasala dari diri peserta didik menurut Imron (2012:154), yaitu:
  • Peserta didik tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah.
  • Peserta didik tidak suka dengan sekolah tersebut atau merasa tidak cocok.
  • Peserta didik merasa malas.
  • Peserta didik ketinggalan dalam pelajaran.
  • Peserta didik bosan dengan sekolahnya.
Selain dari diri sendiri, berikut sebab peserta didik melakukan mutasi yang di pengaruhi oleh faktor keluarga menurut Imron (2012:154), adalah:
  • Peserta didik mengikuti  orang tuanya yang pindah pekerjaan.
  •  Peserta didik ditinggal orang tuanya ke luar negeri dan dititipkan di tempat nenek atau kakeknya.
  • Peserta didik mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar,
  • Orang tua peserta didik meminta untuk pindah sekolah.
  • Orang tua peserta didik merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan.
  • Peserta didik mengikuti orang tuanya pindah rumah.
  • Peserta didik mengikuti irang tua transmigrasi.
Berikut penjelasan sebab mutasi peserta didik dikarenakan lingkungan sekolah menurut Imron (2012:155), adalah:
  • Lingkungan sekolah yang tidak  menarik.
  • Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
  • Guru yang seing tidak masuk.
  • Kebijakan sekolah yang dirasa berat oleh peserta didik.
  • Jarak sekolah yang jauh dan sulit dijangkau oleh peserta didik.
  • Sekolah yang dibubarkan.
  • Sekolah dianggap kurang bermutu diidentifikasi dari rendahnya nilai kelulusan.
Sebab – sebab mutasi karena lingkungan teman sebaya menurut Imron (2012:155), yaitu:
  • Ada pertengkaran dengan teman.
  • Mendapat ancaman dari teman.
  • Merasa kurang cocok dengan teman di sekolah.
  • Usia peserta didik lebih tua dari peserta didik yang lain.
  • Peserta didik yang merasa rendah diri.
Sebab – sebab peserta didik mutasi karena sebab lain menurut Imron (2012:155), yaitu:
  • Sekolah tersebut sering dilanda banjir.
  • Terjadi peperangan sehingga tidak memungkinkan aktivitas belajar.
  • Adanya bencana alam di wilayah tersebut.
  • Sekolah tersebut tiba – tiba roboh.           

  1. Alternatif Pencegahan, Pengurangan, dan Pemecahan Masalah Mutasi.
    1. Pencegahan Mutasi
Mutasi memang perlu dicegah agar terdapat kesinambungan pengetahuan peserta didik yang diterima disekolah. Oleh karena itu ijin mutasi diberikan jika dengan alasan yang dapat diterima dengan tujuan untuk perkembangan peserta didik itu sendiri. Mutasi peserta didik yang bersifat ekstern harus bisa dikurangi jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik maka langkah proventif yang harus dilakukanadalah membeerikan semacam jaminan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan studi disekolah tersebut sehingga peserta didik nantinya dapat mempunyai prospek yang bagus. Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik disekolah agar dapat menyesuaikan diri dan dapat mengikutti pelajaran dengan baik. Dengan demikian dia tidak mempunyai alasan utuk pindah kesekolah lain.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mutasi, jika seseorang mau melakukannya khususnya seorang guru dalam pengaturan peserta didik seperti dijelaskan Imron (2012:156). Cara-cara tersebut seperti:
  • Melakukan tindakan preventif melalui jaminan Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri, maka langkah preventif yang harus dilakukan adalah memberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan studi di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan-lulusan lain dari sekolah tersebut, agar mereka yakin benar dengan kebaikan sekolahnya.
  • Memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Penyesuaian diri yang baik dan belajar dengan baik, ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain. Selain itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana tujuan belajar yang sudah disusun sebelumnya oleh peserta didik tersebut. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas.
  • Memperbaiki kondisi sekolah Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, tak ada alternatif lain kecuali memperbaiki kondisi sekolah. Tentu saja tidak saja sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan sekaligus kondisi sekolah secara keseluruhan. Disiplin guru perlu ditingkatkan, proses dan metode belajar pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan sarana yang ada difungsionalkan dengan baik. Demikian juga layanan-layanan yang ada di sekolah, diupayakan dapat memuaskan peserta didiknya.
  • Menjalin hubungan baik dengan orang tua peserta didik Jika sumber penyebab mutasi peserta didik tersebut berasal dari lingkungan keluarga, maka kerja sama antara sekolah dengan keluarga memang perlu ditingkatkan. Jangan sampai, hanya karena persoalan sepele saja kemudian anak tidak sekolah atau mutasi ke sekolah lain. Perlu ada komunikasi yang intens antara sekolah dan keluarga, sehingga kedua pihak tidak mengalami miscommunication.
  • Memberikan alasan mengapa ingin melaksanakan mutasi adapun, jika peserta didik memilih alasan untuk mutasi maka hendaknya mereka diberi keterangan sesuai dengan apa adanya. Tidak Boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab, bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta didik sendiri. Keterangan-keterangan yang lazim diberikan berkaitan dengan peserta didik yang mutasi misalnya identitas anak, asal sekolah, prestasi akademik di sekolah, kelakuan dan kerajinan dan alasan-alasan yang bersangkutan mutasi. Dengan demikian, sekolah yang dituju oleh peserta didik tersebut, mendapatkan gambaran yang senyatanya mengenai anak tersebut.
  • Meneliti peserta didik yang akan masuk ke sekolah bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Untuk itulah, sekolah harus meneliti mengenai identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi. Peserta didik dapat diterima tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan atas ketersediaan fasilitas dan kesejajaran sekolah tersebut. Ini sangat penting, karena tidak mungkin sekolah dapat menerima peserta didik tanpa fasilitas dan menerima peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar dengan teman-teman yang ada di sekolah tersebut. Sebab kalau ini terjadi, akan memberatkan peserta didik itu sendiri.
  • Mencatat mutasi dibuat buku mutasi yaitu buku yang dipergunakan untuk mencatat siswa yang masuk, pindah dan keluar pada tiap-tiap bulan. Buku ini juga merupakan alat bantu untuk mengisi data mutasi pada buku induk dan data statistik tentang keadaan siswa di sekolah.
  1. Sebab Peserta Didik Drop Out
Ada banyak sebab peserta didik drop out dari sekolah, menurut Imron (2012:159) mengemukakan sebab-sebab peserta didik drop out, yaitu:
  1. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran. Hal ini membuat peserta didik merasa berat untuk melanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta didik kebanyakan.
  2. Tidak memiliki biaya untuk sekolah. Hal ini banyak terjadi pada daerah pedesaan, mereka merasa biaya pendidikan terlalu mahal sehingga mereka tidak mampu menyekolahkan anak mereka.
  3. Sakit parah. Peserta didik yang sakit menyebabkan mereka tidak masuk sekolah sampai batas waktu yang ditentukan. Karena ia sudah jau tertinggal dengan peserta didik yang lain maka kemudian ia lebih memilih tidak sekolah.
  4. Peserta didik yang terpaksa harus berkerja. Di negara berkembang banyak pekerja anak yang masih usia sekolah dan semakin lama ia tidak dapat sekolah lagi karena ia masih berkerja.
  5. Membantu orang tua. Dikarenakan mereka harus membantu orang tua, sering mereka tidak mengikuti lagi pelajaran sekolah sehingga mereka di drop out.
  6. Di drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang bersangkutan tidak dapat dididik  lagi. Hal itu disebabkan karena kemampuan belajar yang rendah atau karena yang bersangkutan tidak mau lagi belajar.
  7. Peserta didik drop out karena keinginan sendiri. Peserta didik yang demikian memang tidak dapat dipaksa untuk sekolah termasuk orang tuanya.
  8. Kasus pidana. Pidana yang dialami peserta didik untuk beberapa tahun bisa  menjadikan peserta didik drop out dari sekolah.
  9. Sekolah dianggap tidak menarik lagi bagi peserta didik dan memilih lebih baik tidak sekolah.
  1. Peserta didik di drop out
Hal ini terjadi karena peserta didik memang sudah tidak mungkin dapat di didik lagi. Hal itu bisa disebabkan karena peserta didik melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan sekolah, atau kemampuan belajarnya yang rendah, atau dapat juga karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar.
BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Drop out adalahkeluarnyapesertadidikdarisuatusekolahsebelumwaktunya (lulus) yang disebabkan oleh hal-hal tertentu.
  Sebab-sebab drop out, antara lain:
  1.  Ketidak mampuan peserta didik mengikuti pelajaran di sekolahnya
  2. Peserta didik tidak memiliki biaya untuk sekolah
  3. Peserta didik mengalami sakit parah
  4.  Anak-anak terpaksa bekerja
  5. Peserta didik di drop out oleh sekolah
  6. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak mau sekolah
  7. Peserta didik terjerat kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti
  8. Teknik pencegahan drop out karena faktor internal:
Jika peserta didik drop out karena ketidak mampuan peserta didik mengikuti pelajaran di sekolah, maka sekolah dapat memberikan bimbingan belajar.
Jika peserta didik drop out Karen amengalami sakit, maka sekolah dapat memberikan toleransi perpanjangan waktu belajar bagi yang bersangkutan.
Jika peserta didik drop out karena memangingin di drop out dari sekolahnya, maka sekolah terpaksa melepaskan nya dengan membantu nya memberikan alternative pilihan sekolah yang diinginkan oleh peserta didik.
Jika peserta didik drop out karena terjerat kasus pidana hukum, maka sekolah harus mengeluarkannya
Teknik pencegahan drop out karena factor eksternal:
  • Jika peserta didik drop out karena ketidak mampuan pembiayaan biaya sekolah, makateknikpencegahannyayaitusekolahmemberikanbeasiswa.
  • Jika peserta didik drop out karena harus terpaksa bekerja yang dituntu toleh orangtuanya, maka pemerintah harus mensosialisasikan program wajib belajar kepada orang tua mereka, dan melakukan kerjasama dari lembaga pendidikan dan pemerintah dalam membangun sekolah di daerah terpencil.
  • Jika peserta didik drop out karena sekolah yang bersangkutan tidak menarik lagi, maka sekolah harus memperbaiki kondisi sekolah.
5.            Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu kekelas lain yang sejajar, dan atau dari sekolah yang satu kesekolah yang lain.
6.            Sebab-sebab mutasi, antara lain:
a.  Penyebab mutasi berasal dari peserta didik sendiri, yaitu:
  • Peserta didik tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya
  • Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau tidak merasa cocok
b.  Penyebab mutasi berasal dari lingkungan keluarga, yaitu:
  • Peserta didik mengikuti orang tua nya pindah kerjaatau yang sedang tugas belajar keluar kota, pulau, bahkan keluar negeri
  • Orang tua meminta anaknya untuk pindah sekolah
  • Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan di sekolah tersebut
c. Penyebab mutasi berasal dari lingkungan sekolah, yaitu
  • Peserta didik merasa lingkungan sekolahnya tidak menarik
  •  Fasilitas sekolah yang tidak menarik
  • Jarak sekolah yang sulit dijangkau oleh peserta didik
  1. Penyebab mutasi berasal dari lingkungan teman sebaya, yaitu:
  • Terjadi nya pertengkaran antar peserta didik
  • Diancam oleh teman
  • Tidak cocok dengan teman
  1. Penyebab mutasi berasal dari hal-hal lain, yaitu:
  • Sekolah yang bersangkutan sering dilanda bencana alam
  • Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu tua
7.            Macam-macam mutasi, adalah:
a. Mutasi intern, adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik dalam data sekolah.
b.  Mutasi ekstern, adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan satu tingkatan.
8.            Teknik pencegahan dan pemecahan mutasi, yaitu:
a. Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri:
- Memberikan semacam jaminan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan studi di sekolah tersebut.
- Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, maka memperbaiki kondisi sekolah secara keseluruhan.
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik berasal dari ingkungan keluarga, maka menjalin dan meningkatkan kerjasama antara sekolah dan keluarga.

DAFTAR RUJUKAN


Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, P. Sondang. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Imron, Ali. 1995. Manajemen Peserta Didik Di Sekolah. Malang: Proyek Opf Ikip Malang.
Sutisna, Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
Anwar, Idochi. Dkk. 1982. Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Pembangunan Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Wijono. 1989. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © KISAH SIPENULIS BLOG SEO - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -